Losing Your Motivation

This will be my very first post, so please bear with some minor mistakes and error spelling.

Beberapa bulan belakangan ini adalah musim-musim ujian perguruan tinggi bagi para siswa SMA. Atau lebih tepatnya, mereka yang baru lulus SMA. Mulai dari bulan April hingga Juli, banyak dari mereka yang berjuang untuk mendapatkan almamater baru. Almamater yang diimpikan, atau almamater yang sedapetnya. Literally, para pejuang-pejuang PTN ini breaking legs selama 4 bulan lamanya. Iya, ini baru untuk mereka yang ikut sistem kebut (which is not recommended at all, please don’t). Bagi mereka yang ambis (termasuk saya) have been dealing with this stressy messy feelings since semester genap. In case you ask, yes, that was tiring.

Dari dulu setiap saya belajar, meskipun saya terlalu sibuk dengan diri sendiri saya masih sering memikirkan kawan-kawan saya. There is this thing that I would ask to them: Kamu gak belajar? Kamu gak takut? Nanti gimana kalau gak dapet sekolah? Ini udah bukan SMA lagi, lawan kamu se-Indonesia. These are the question I keep asking to my friends (and yes, I know you guys were annoyed, sorry). Tapi kemudian jawaban mereka hampir sama, mungkin a little bit out of my expectation because they started to ask me back: Gimana mau belajar, motivasi aja nggak punya?

Then I get it. Right, right. Motivation. Untuk belajar perlu motivasi. Faktor pendorong yang membuat kita mau belajar. But then it hits me right away, once again. Kenapa tujuanmu tidak bisa menjadi motivasi buat kamu? I mean, that’s your booster. Ketika kamu punya mimpi dan tujuan untuk bisa kuliah di ITB, UI, UGM, dst, bukankah itu sudah menjadi motivasi yang cukup? Untuk sadar bahwa masuk ke universitas-universitas tersebut bukan hal yang mudah, bukan sesuatu yang bisa di nanti aja, gampang. And when I thought I was doing it right, turns out mereka masih punya jawaban: Iya sih, susah. Tapi kalau belajar sekarang percuma, gak masuk di otak. Mending nanti, tapi langsung paham. Ya nggak?

I admit I can’t stress enough about the answer. Harusnya saya nggak peduli, harusnya saya nggak mikirin hidup orang lain. Overall, it’s going to be my struggle. And I did. Saya berakhir dengan tidak ikut campur urusan mereka. You do you. But what I’m most concerned about is their motivation. Saya yakin, tidak satu-dua orang yang sering mengalami hal seperti ini. Tiba-tiba ditengah perjalanan mengejar mimpi, motivasi terasa lembek seperti krupuk. Tiba-tiba acara TV jadi lebih menarik, Whatsapp jadi lebih rame, Line jadi banyak notif, tetangga sebelah jadi makin lucu (sorry). This is what they call a distraction. Everything that distracts you from your main goal is the obstacle you have to get through. I learned about this waktu saya belajar ekonomi, kemudian HP saya berdering sekali. Niat saya hanya melihat satu notifikasi, tanpa sadar saya sudah menghabiskan 3 jam chatting dengan teman-teman. What a waste of time, isn’t it?

Betapa mudahnya distraction ini menangkap kita, terutama karena mereka sudah menjadi bagian hidup kita sehari-hari; sebelum kita benar-benar belajar untuk ujian seserius ini. Belajar jadi semakin jenuh, melelahkan, and in the end, it become useless. Nggak ada yang nyangkut, nggak ada yang masuk di otak. Muncul thoughts seperti; Ah, masih H-40, nanti aja or Ini pasti nggak keluar ujian, kok. Dan tanpa sadar, bangun tidur, ujian sudah H-3. You’re fucked up, indeed.

Bagi saya, yang sudah back and forth belajar-berhenti belajar-belajar lagi tapi dikit aja, losing motivation sudah menjadi makanan sehari-hari. However what I’m going to tell you here is, I don’t want you to face this problem. I’m not an expert, but I’m here to tell you how to overcome this problem instead.

Distraction is my biggest enemy. I started things from scratch. I deleted useless application in my phone. Seperti sosial media yang saya tahu adalah biggest distraction of all time. But that doesn’t mean I’m completely isolated from the world, heck I’m not North Koreans. Saya tetap memiliki satu/dua sosial media untuk di keep, sebagai alat tukar informasi dan sharing. It’s important for you to still in contact with people karena di musim-musim ini, akan banyak informasi yang perlu kamu tahu.

Then, I forced myself to get used to the whole studying environment. Jangan belajar sambil tidur, you don’t study like that. 90% of you will end up tiduran diatas buku. Try to build your own study environment. In my case, saya menghias meja belajar saya supaya lebih rapi, membuatnya ala-ala tumblr. Sehingga meski saya belajar modal di kamar, serasa belajar di cafe. It sounds exaggerating, but it works.

Seek inspiration everyday and track your goal. Make it fun for yourself. Yang saya lakukan, seperti saat belajar, saya menyusun hari-hari saya dengan goal di setiap harinya. Seperti hari selasa, I aim to finish History, bab Perang Dunia II. And of course this methods works ketika kalian belajar jauh-jauh hari. Nggak mungkin kan, H-3 Ujian kalian aim goal untuk selesaiin Sejarah dari masa Pra-Aksara sampai Orde Baru? Yeah, keep dreaming.

And lastly, when I find myself really, really, demotivated, I would lock myself in a room. Tanpa handphone, tanpa apapun. Yes, it’s called self reflection. Mulailah untuk berpikir untuk apa kamu berjuang dari sekarang, and think about the result and how amazing for you; and your parents, when you reach your dream. Percaya kepada diri sendiri bahwa hanya kamu yang bisa melakukan ini, not even your bestfriends, your lovers, nor your parents. Mereka hanya ada untuk membuat kamu tetap alive. Endingnya, it’s all on you, it’s about you. Once you get it, believe in yourself that you can do it. To finish this, let me bid my good luck, to all those people who fights through exams, you can do it!

Related posts:

I am closing on my first house next week and I have to find a home insurance company and do not know what I should be looking for in a company or what a plan has to offer. The house is in South…

The last session of the COP24 climate change negotiations in Katowice, Poland has been postponed several times because more than 100 Ministers and more than 1,000 negotiators tried to overcome their…

The use of the Internet of Things (IoT) has caused a revolutionary change in the healthcare industry. The Internet of Things (IoT) offers the ability to link devices, collect and analyze data, and…